Yang Lalu Biar Berlalu

Yang Dahulu BIARLAH BERLALU ...


Mengingat dan mengenang masa lalu, selanjutnya bersedih atas nestapa dan kegagalan didalamnya adalah tindakan bodoh dan gila. Itu, sama artinya dgn membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengubur musim depan yang belum berjalan. Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas periode lalu dapat dilipat dan tak pernah diliat kembali. Lumayan ditutup rapat-rapat, dahulu disimpan dalam 'ruang' penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara' pengacuhan selamanya. Atau, diletakkan di dalam area gelap yang tak tertembus cahaya. Yang demikian, sebab periode lalu telah berlalu dan habis.


Kesedihan tak akan bisa mengembalikannya lagi, keresahan tak akan mampu memperbaikinya kembali, kegundahan tidak mampu sanggup merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan sanggup menghidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada. Jangan Sampai pernah hidup dalam mimpi buruk musim lalu, atau dibawah payung gelap periode silam. Selamatkan diri Anda dari bayangan masa dahulu! Apakah Anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, seorok bayi ke perut ibunya, air susu sang ibu, dan air mata ke dalam kelopak mata? Ingatlah, keterikatan Anda dengan masa lalu, keresahan Anda atas apa yang telah terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwa Anda oleh api panasnya, dan kedekatan jiwa Anda terhadap pintunya, ialah kondisi yang teramat teramat naif, ironis, memprihatinkan, dan sekaligus menakutkan.


Membaca kembali lembaran masa lalu hanya mampu memupuskan periode depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan kala yang amat sangat berharga. Dalam Al-Qur'an, setiap kali usai menerangkan kondisi suatu kaum dan apa saja yang telah mereka laksanakan, Allah selalu mengemukakan, "Itu merupakan umat yang dahulu." Begitulah, diwaktu suatu perkara habis, maka selesai pula urusannya. dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman dan memutar kembali roda sejarah. Orang yang berusaha kembali ke masa lalu, yaitu tak ubahnya orang yang menumbuk tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu. Syahdan, nenek moyang kita lalu selalu mengingatkan orang yang meratapi masa lalunya demikian : "Janganlah engkau mengeluarkan mayat-mayat itu dari kuburnya." dan konon, kata orang yang mengerti bahasa binatang, sekawanan binatang sering bertanya terhadap seekor keledai begini, "Mengapa engkau tidak menarik gerobak?" "Aku benci khayalan," jawab keledai.


Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan periode depan dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan kita mengabaikan istana-istana yang indah bersama sibuk meratapi puing-puing yang telah lapuk. Padahal, betapapun semua manusia dan jin bersatu untuk mengembalikan seluruh faktor yang telah berlalu, niscaya mereka tak mau pernah mampu. Dikarenakan, yang Demikian itu sudah mustahil pada asalnya.


Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melibat dan sedikitpun menoleh ke belakang. Pasalnya, angin dapat selalu berhembus ke depan, air sanggup mengalir ke depan, setiap kafilah dapat berjalan ke depan, dan segala sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, jangan sampai hingga pernah melawan sunah kehidupan!

0 Response to "Yang Lalu Biar Berlalu "

Post a Comment